Kekurangan Variasi Konten Honkai Star Rail Dibanding JRPG Lawas - Halo Sobat angusreid global,
Sebagai game turn-based RPG modern dengan sistem gacha, Honkai Star Rail (HSR) berhasil menarik banyak pemain lewat grafis menawan, storytelling sinematis, dan karakter-karakter ikonik. Namun, jika kita bandingkan dengan JRPG lawas seperti Final Fantasy, Dragon Quest, atau Suikoden, ada satu kelemahan utama yang cukup terasa: variasi konten dalam gameplay.
Mari kita bahas lebih mendalam bagaimana kekurangan ini membuat Star Rail terasa lebih terbatas dibanding JRPG klasik yang kita kenal.
1. Dunia yang Tidak Sepenuhnya Bebas Dieksplorasi
Di banyak JRPG lawas, eksplorasi menjadi bagian inti dari pengalaman bermain.
- Final Fantasy memberikan peta dunia luas, dungeon tersembunyi, hingga area toto8000 rahasia yang bisa dijelajahi kapan saja.
- Suikoden memberi kebebasan menjelajah sekaligus membangun markas besar dengan berbagai aktivitas.
Sebaliknya, HSR lebih linear. Pemain mengikuti jalur cerita utama dengan area eksplorasi yang relatif terbatas. Meskipun ada side quest, jalan yang bisa ditempuh tetap terikat dengan desain koridor atau map kecil, sehingga variasi eksplorasi berkurang drastis.
2. Aktivitas Sampingan yang Minim
JRPG klasik kerap dikenal dengan minigame atau side activity yang memperkaya pengalaman bermain.
- Final Fantasy VII punya Gold Saucer dengan beragam minigame.
- Persona menawarkan kehidupan sehari-hari, kegiatan sekolah, hingga relasi sosial yang membentuk variasi gameplay.
- Dragon Quest menyelipkan turnamen, kasino, hingga sistem alkimia.
Sedangkan di HSR, aktivitas sampingan masih terbatas pada event musiman atau misi tambahan. Tidak ada konten permanen seperti minigame kompleks atau sistem hidup yang membuat dunia terasa lebih variatif.
3. Sistem Pertempuran yang Kurang Fleksibel
Pertempuran turn-based di Star Rail memang solid, namun variasinya terasa terbatas.
- JRPG lawas biasanya menghadirkan job system, skill tree kompleks, hingga opsi build bebas. Misalnya, Final Fantasy V dengan job switching, atau Chrono Trigger dengan kombinasi skill antar karakter.
- Star Rail cenderung mengikat pemain pada role yang kaku (DPS, support, healer, tank), tanpa banyak variasi dalam kustomisasi karakter.
Hal ini membuat strategi terasa repetitif setelah beberapa waktu, berbeda dengan JRPG lama yang memberikan ruang eksperimen lebih luas.
4. Keterbatasan dalam Endgame
JRPG lawas sering menghadirkan konten post-game yang kaya, seperti:
- Dungeon rahasia super sulit (Final Fantasy X: Monster Arena).
- Boss opsional legendaris (Dragon Quest dengan superboss atau Persona dengan secret boss).
- Quest panjang untuk mendapatkan senjata atau ending tambahan.
HSR memang memiliki mode endgame seperti Simulated Universe atau Memory of Chaos, tetapi variasinya masih sempit. Pola pertarungan dan reward cenderung berulang, sehingga pemain cepat merasa monoton.
5. Minimnya Kustomisasi dan Role-Playing
Salah satu daya tarik JRPG klasik adalah kemampuan untuk menciptakan pengalaman unik melalui kustomisasi:
- Suikoden memberi pemain ratusan karakter yang bisa direkrut.
- Dragon Quest IX membebaskan pemain menciptakan party sesuai gaya sendiri.
- Persona menghadirkan kombinasi fusion Persona yang hampir tak terbatas.
Sebaliknya, HSR membatasi pemain pada roster gacha. Memang ada pilihan karakter, tetapi setiap karakter punya build yang relatif kaku. Tidak ada opsi kustomisasi mendalam yang membuat perjalanan terasa benar-benar personal.
6. Ketergantungan pada Model Live-Service
Perbedaan terbesar adalah sistem monetisasi. JRPG lawas biasanya memberikan konten penuh dalam satu paket game. Semua variasi konten, minigame, hingga rahasia bisa diakses pemain tanpa menunggu update.
Sementara HSR sebagai game live-service menggantungkan variasi konten pada update rutin. Artinya, jika update terbatas atau kontennya repetitif, pemain harus menunggu lama untuk merasakan sesuatu yang baru. Ini berbeda dengan JRPG lawas yang sudah kaya sejak hari pertama.
Kesimpulan
Sobat, meskipun Honkai Star Rail unggul di grafis modern, storytelling, dan kualitas karakter, dari sisi variasi konten ia masih kalah dibanding JRPG lawas. Beberapa kekurangan utamanya:
- Eksplorasi dunia yang terbatas.
- Aktivitas sampingan yang minim.
- Sistem pertarungan yang kaku.
- Endgame yang repetitif.
- Kurangnya kustomisasi.
- Ketergantungan pada update live-service.
Bagi Sobat yang mencari pengalaman RPG padat dengan banyak aktivitas dan kebebasan bereksperimen, JRPG lawas mungkin terasa lebih kaya. Namun, bagi pemain yang mengutamakan narasi sinematis dan karakter stylish, Star Rail tetap punya daya tarik tersendiri